Tuesday, 6 October 2015

Efektivitas Komunikasi

Public Relations memiliki khalayak penting yang berada di internal dan eksternal perusahaan. Salah satu hubungan dengan publik eksternal perusahaan adalah community relations. Perusahaan harus menanamkan dan mengembangkan relasi yang baik dengan komunitas masyarakat sekitar. Komunitas termasuk sebagai khalayak eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan usaha, sebab perusahaan atau organisasi tidak akan bisa berjalan lancar apabila tidak ada dukungan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, komunitas adalah kumpulan manusia yang saling berhubungan didasari pada nilai dan kepentingan bersama yang khusus. Perusahaan perlu membina hubungan harmonis dengan komunitas dan menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan sosial yang menjadi keprihatinan dalam masyarakat. Maka dari itu, salah satu cara perusahaan untuk berhubungan dengan komunitas sekitarnya adalah dengan melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR).

Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS

Pada tanggal 1 Oktober 2015, dosen tamu Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS memberikan kuliah seputar efektivitas komunikasi dengan mengangkat kasus yang terjadi di Indonesia. Contohnya perusahaan perkebunan di Kalimantan yang kini tengah dilanda krisis akibat pembakaran hutan liar sehingga menyebabkan kabut asap yang sangat menganggu kehidupan warga. Di awal kuliah, beliau menjelaskan seputar tuntutan profesionalitas seorang Public Relations Officer (PRO) dalam membina hubungan dengan masyarakat di sekitar perusahaan. Kita tidak boleh berasumsi bahwa masyarakat akan selalu mendukung perusahaan walaupun sudah menerapkan CSR.
Kuncinya komunikasi adalah bagaimana membangun komunikasi dan hubungan harmonis antara masyarakat dengan perusahaan. Harmonisasi itu bisa dibina jika terbangun komunikasi yang efektif. Kapa suatu komunikasi dikatakan efektif (effectiveness communication)? Komunikasi itu bukan hanya menyampaikan pesan (satu arah), tapi harus harus terjadi sharing informasi agar memperoleh feedback. Komunikasi dikatakan efektif apabila telah tercipta makna yang sama (mutual understanding) antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi harus dilakukan secara terus menerus berjangka panjang agar tercipta pemahaman yang sama dalam benak publik. Dalam komunikasi juga membutuhkan terciptanya persepsi yang baik. Persepsi adalah kemampuan memproyeksi terhadap sesuatu objek yang dilihat untuk bisa dimaknai oleh otak kita sesuai dengan kapasitas interpretasinya. Inti persepsi adalah interpretasi. Otak setiap manusia memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Ketika menerima rangsangan (exposure), otak manusia akan melakukan penyaringan melalui 5 filter, yang dinamakan selected exposure. Manusia akan memaknai pesan yang diterimanya berdasarkan kelima faktor ini, antara lain:
  1. Pengalaman masa lalu
  2. Pengetahuan/pemahaman kita terhadap sesuatu yang bisa diperoleh melalui pendidikan formal, autodidak maupun warisan.
  3. Believe, yaitu keyakinan atau kepercayaan tapi yang bernuansa nasional.
  4. Values, yang berupa nilai, norma, aturan dan mekanisme kultur.
  5. Short term memory
Dalam membangun pesan harus menggunakan makna denotatif, yaitu makna sebenarnya sehingga jelas dimengerti oleh si penerima pesan. Kita tidak boleh menggunakan makna konotatif yang bersifat ambigu dan memiliki banyak arti. Hal itu dapat menyebabkan penerima pesan menjadi bias dan salah pengertian. Pesan harus disampaikan secara struktural. 

0 comments:

Post a Comment

 

Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com