Komunikasi
memiliki media dan cara penyampaian yang sangat beragam. Salah satu media yang
yang unik dan mungkin kurang disadari banyak orang ialah melalui seni
arsitektur atau rancangan bangunan. Pada kelas Kapita
Selekta tanggal 8 Oktober 2015 kami berkesempatan
memperluas wawasan mengenai simbol dan arsitektur yang mengandung unsur
komunikasi atau penyampaian pesan. Pembahasan yang sangat menarik disampaikan
oleh bapak Eduard Tjahjadi, karena
mengambil tema yang sebelumnya jarang kami terima dalam tema komunikasi. Kami dapat mengetahui banyak sekali
pesan dan makna yang terdapat pada bangunan-bangunan, tidak hanya di Indonesia
tetapi dari seluruh belahan dunia. Bapak Eduard juga menampilkan banyak contoh
baik dalam bentuk gambar bangunan asli hingga gambar teknik dan denah
arsitektur bangunan.
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari simbol.
Kemanapun kita pergi, pasti akan menemukan simbol-simbol secara sadar maupun
tidak disadari. Bahkan kita sebagai
makhluk sosial selalu berinteraksi dengan menggunakan simbol. Biasanya manusia
mencoba mengekspresikan sesuatu melalui simbol yang dapat mencerminkan intelektualitas,
emosi, dan spirit seseorang. Ini memungkinkan terjadinya komunikasi dalam
bentuk verbal, gambar, maupun isyarat. Maka dari itu, Kenneth Burke mengatakan
bahwa manusia itu adalah symbol using,
symbol making, and bisa saja symbol mis-using animal.
Sementara itu, arsitektur adalah seni merancang atau
mendesain sebuah bangunan atau struktur fisik apapun yang biasa dipakai oleh
manusia. Arsitektur bisa berupa bangunan, kompleks bangunan (kumpulan
bangunan), furniture, ruang luar, dan
bisa juga bagian kota. Karya arsitektur sering dianggap sebagai karya seni yang
mengandung simbol politik dan budaya sehingga sejarah peradaban manusia sering
dikaitkan dengan arsitektur. Contohnya bangunan di Kerajaan Romawi dan
candi-candi di Indonesia menyimpan segudang cerita tentang sejarah manusia.
Sekarang ini banyak kota yang mencoba memanfaatkan
karya arsitektur sebagai icon, misalnya singa sebagai icon negara Singapura.
Sebenarnya arsitektur lahir untuk menjawab kebutuhan manusia yang membutuhkan tempat tinggal.
Hanya saja, orang masa kini mulai banyak menuntut agar
sebuah bangunan itu harus nyaman, ekonomis, ramah lingkungan, dan menjadi
satu-satunya di dunia dengan desain yang unik. Maka dari itu, arsitektur mulai
menjawab segala tuntutan tersebut melalui kemajuan teknologi dan perhitungan
ekonomi. Padahal awalnya hanya 3 prinsip yang diminta dari karya arsitektur,
antara lain:
1.
Daya tahan, yaitu berdiri
kokoh dan tetap dalam kondisi baik.
2. Utility, yaitu
bermanfaat dan berfungsi dengan baik bagi orang yang menggunakannya.
3.
Keindahan, yaitu
menyenangkan orang dan meningkatkan semangat mereka.
Karya
arsitektur mengandung unsur-unsur fisik dan non-fisik. Fisik adalah segala
sesuatu yang terlihat secara kasat mata, sedangkan non-fisik adalah hal yang
tak terlihat; makna di belakang pemikiran-pemikiran sang arsitek sehingga
fisiknya tampak seperti yang telah dibangun.
Unsur non-fisik banyak sekali terdapat dalam arsitektur tradisional
sehingga banyak simbol yang sebenarnya ingin dikomunikasikan. Untuk bisa mengerti, maka kita harus mencoba
menggali dan mencari tahu makna-makna tersebut. Contohnya: Candi Borobudur. Apa yang ingin dicerminkan dari candi tersebut?
Candi Borobudur di Jawa Tengah
Candi
agama Buddha ini memiliki 10 tingkatan yang punya arti tersendiri. Hal itu
diambil dari filosofi mazhab Mahayana yang menggambarkan 10 tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan. Selain itu pada
candi terlihat ada bagian kaki, tengah, dan atas. Hal ini mencerminkan filosofi dari kehidupan. Bagian kaki Borobudur melambangkan dunia yang masih
penuh dosa. Dan semakin keatas, reliefnya semakin sedikit. Itu artinya orang
sudah mendekati kesempurnaan.
Contoh lainnya: Zi Jin Cheng atau Kota Terlarang di Beijing yang dibangun pada Dinasti Ming tahun 1407. Bangunan ini dapat melambangkan kemegahan dan sebagai
tempat menguasai sebuah kekasaran. Apabila
kita melihat denah ada nama-nama gerbang, bangunan dan ruang yang bersifat
makro cosmos diluar dunia kita. Selain itu, jika kita membedah lebih dalam
mengenai arsitektur bangunan ini, kita dapat menemukan sebuah poros sumbu
imajiner yang merupakan kumpulan dari hierarki tingkatan dari bawah hingga
atas. Filosofinya seperti menuju ke puncak.
The Forbidden City in Beijing
Hierarki Kota Terlarang di Beijing (secara imajiner)
Keraton
Ngayogyakarta Hadininggrat juga menetapkan Nyi Roro Kidul sebagai simbol.
Keraton Jogja ini merupakan tempat bertemunya 2 kekuatan alam, yaitu Gunung
Merapi dan Laut Selatan Nyi Roro Kidul yang terletak pada sumbu imajiner.
Arsitektur
tidak terlepas dari peradaban manusia yang tidak terlepas juga dari politik,
ekonomi, budaya, dan sosial. Jika kita melihat tata ruang kota, maka ada kota
yang beraturan dan tidak beraturan. Semua itu mengandung filosofi. Contohnya:
Negara Amerika memiliki tata ruang kota yang tidak beraturan, karena memang
dari awal Amerika terbentuk kuat dengan filosofi kebebasan individual sehingga
setiap orang merasa perlu dan berhak untuk bisa bergerak cepat dan mudah. Hal
ini berlawanan dengan filosofi kehidupan masyarakat di wilayah bagian Timur.
Kebanyakan masyarakat hidup berkelompok, sosialnya cukup kuat sehingga
kebebasan individual tidak terlalu penting.
Arsitektur
juga bisa menjadi simbol dari kekuasaan, demokrasi, kemajuan
teknologi,
dan
sustainability approach.
Dengan karya arsitektur seseorang dapat menunjukkan bahwa ia berkuasa.
Contohnya: Masa Louis ke XIV adalah masa kekuasaan yang mutlak dari seorang
raja, maka dibangunlah sebuah istana di Versailles dekat kota Paris dengan
segala kemegahannya.
Negara-negara
di Eropa yang berkuasa selalu menggunakan karya arsitektur sebagai kesempatan
untuk menunjukkan suatu kejayaan. Jika menang perang, maka mereka akan
membangun sesuatu. Contohnya: Arc de
Triomphe yaitu sebuah gerbang kemenangan untuk menghormati orang-orang yang
berjuang untuk Perancis, terutama selama Perang Napoleon. Monumen ini terletak
di sebuah tempat yang sangat strategis, yaitu di persimpangan tempat
terhubungnya 12 jalan utama di Perancis. Arc
de Triomphe sengaja dirancang karena Perancis menang perang terhadap
Jerman. Maka dari itu, monumen ini menjadi simbol kejayaan bangsa Perancis.
Letak strategis Arc de Triomphe
Tidak
hanya bangunan, tapi ruang juga merupakan bagian dari arsitektur. Contohnya:
Lapangan Banteng di Jakarta. Awalnya lapangan Banteng direncanakan untuk
dijadikan pusat Batavia. Tapi akhirnya, Monas yang dijadikan sebagai pusat kota
Jakarta. Nama “Banteng” merupakan ide dari Bung Karno yang menganggap bahwa
hewan itu mempunyai daya juang yang sangat mencerminkan perjuangan bangsa
Indonesia. Banteng selalu menjadi simbol untuk menunjukkan nasionalisme
Indonesia. Saat masa penjajahan kolonial dibangun sebuah patung singa di
Lapangan Banteng yang menjadi simbol kerajaan Belanda. Setelah Indonesia
merdeka, maka patung singa itu dihancurkan dan diganti dengan patung pembebasan
Irian Barat. Tujuannya adalah untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia dan
membangkitkan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang. Dalam hal
ini, kita bisa melihat bahwa ruang kota Lapangan Banteng juga dijadikan sebagai
simbol dalam gerakan politik.
Bung
Karno termasuk salah satu tokoh yang banyak mengisi perkembangan Jakarta dengan
makna-makna politik, misalnya patung pembebasan Irian Barat dan Monas. Tidak hanya politik, tapi juga makna dalam
kehidupan sosial. Contohnya, Tugu Tani mecerminkan bahwa petani merupakan tokoh
utama negara Indonesia sebagai negara agraris. Bung Karno juga menetapkan letak
masjid terbesar di Indonesia yang sengaja dipilih berseberangan dengan Gereja Katedral.
Alasannya adalah Indonesia harus multi-agama, tidak boleh ada dominasi antar
agama. Kemudian Bung Karno juga yang mulai membuka Thamrin, Sudirman, GBK, dan
By-pass.
Peristiwa
penindasan terhadap kaum Yahudi di Jerman pada tahun 1942-1945 juga menggerakkan
dunia arsitektur untuk membangun sebuah museum yang dapat menggambarkan segala
penderitaan yang dirasakan oleh kaum Yahudi pada jaman itu. Mereka mendapat
perlakuan yang sangat buruk dan menyakitkan, seperti dibawa mengunakan kereta,
dipekerjakan di industri, dan disiksa dengan gas beracun. Pada tahun 2001,
arsitek Daniel Liebeskind membangun Museum Jewish di Berlin. Bentuk bangunan
sangatlah unik. Jika dilihat dari luar, dinding bangunan itu penuh dengan
sayatan. Ketika berada di dalam museum, para pengunjung tidak bisa melihat
keluar gedung dengan nyaman. Kita hanya lebih diarahkan untuk banyak melihat ke
atas. Apa artinya? Yang ingin disampaikan adalah kita harus berharap lebih
banyak, karena kaum Yahudi masa itu tidak punya pilihan, mereka berada di dalam
penindasan dan hanya bisa berharap. Jendela di museum tersebut hanya berupa celah-celah
kecil sehingga kita hanya bisa
mengintip, sama halnya seperti yang dialami oleh kaum Yahudi saat mereka
diangkut di gerbong kereta api. Tidak perlu heran jika semua ruang dalam
bangunan tersebut disinari cahaya dari atas. Tidak perlu heran juga jika kita
menaiki tangga, maka kita akan bertemu dinding. Memang begitulah kondisi kaum
Yahudi yang tidak akan tahu apa yang terjadi pada waktu yang akan datang.
Setelah politik, selanjutnya bapak Eduard beralih menjelaskan
ke sisi ekonomi pada arsitektur. Sekitar tahun 1970-1980-an terjadi
liberalisasi di banyak tempat sehingga hal itu berpengaruh terhadap arsitektur
kota. Pada jaman dahulu, gedung pemerintahan, ruang terbuka atau alun-alun, jam
dinding besar, gereja, dan masjid lah yang menjadi dominasi dalam tata letak
suatu kota. Tetapi di jaman sekarang ini, bangunan yang mendominasi adalah
gedung-gedung yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi, misalnya perusahaan dan
pusat perbelanjaan. Hal ini memang tidak lepas dari kondisi sosial ekonomi
rakyat. Perusahaan besar kini yang telah menjadi penguasa di kota. Maka dari
itu, karya arsitektur akhir abad ke-20 hingga sekarang lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan
komersial. Contohnya: Shanghai World Financial Center. Awalnya gedung tersebut dibangun dengan lubang
bundar diatasnya. Tetapi bentuk itu mengingatkan orang China terhadap bendera
Jepang, dimana orang China sangat membenci Jepang. Maka itu, lubang bundar
tersebut diubah menjadi seperti pembuka botol.
Museum Jewish di Berlin
Filosofi dalam Museum Jewish
Shanghai World Financial Center
Seiring
berkembangnya jaman, arsitektur juga dituntut untuk harus berkontribusi
terhadap sustainability approach
(ramah lingkungan), baik dari energi maupun sumber daya alam sehingga sekarang
ini banyak karya arsitektur yang mencoba untuk mencerminkan lingkungan.
Contohnya: Pavilion United Kingdom (UK) saat Shanghai Expo. Dalam rangka
menunjang sustainability, mereka mendirikan pavilion yang menyediakan sebuah
wadah untuk menyimpan bibit-bibit tanaman yang ada di dunia untuk menjaga kelestariannya.
Pavilion United Kingdom (UK) di Shanghai Expo
Wadah untuk menyimpan bibit-bibit tanaman
0 comments:
Post a Comment