Tuesday, 22 September 2015

Tidak Narsis, Maka Tidak Eksis

Organisasi merupakan suatu tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional, sistematis, terencana, terorganisasi, dan terpimpin untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah organisasi itu terbentuk karena adanya visi misi yang ingin dicapai oleh sekelompok orang. Namun dalam pelaksanaannya, organisasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
  1. Organisasi profit (profit-oriented) yaitu institusi atau organisasi yang beroperasi untuk mencari keuntungan atau laba, contohnya perusahaan atau korporasi.
  2. Organisasi non-profit yaitu institusi atau organisasi yang tidak mencari untung dan bertugas melaksanakan kebijakan publik atau melayani publik, contohnya departemen atau kementerian.

Maka dari itu, dimanakah letak sebuah perguruan tinggi atau universitas? Organisasi profit ataukah non-profit? Universitas menjalankan fungsi sosial dengan memberikan pendidikan, tapi juga mencari untung.

Keberlangsungan usaha suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh para khalayaknya, baik internal maupun eksternal, dimana khalayak itu memiliki peranan yang sangat penting terhadap hidup/matinya perusahaan. Publik internal bisa berupa top level management dan karyawan. Sedangkan publik eksternal berupa pemerintah, investor, dan media. Organisasi bisa mengatur langsung publik internalnya dengan segala peraturan dan kebijakan yang dimilikinya. Sementara itu, publik eksternal itu adalah publik yang dimana seorang PR tidak bisa mempengaruhi atau mengatur langsung. Tapi PR bisa melakukan upaya-upaya lain agar mereka mau mendukung organisasi.

Dalam perkembangan jaman sekarang ini, suatu organisasi memerlukan publikasi agar dikenal oleh masyarakat. Istilahnya adalah “Tidak narsis, maka tidak eksis”. Bila kita tidak pernah terpantau oleh masyarakat, maka akan dianggap tidak ada. Hal itulah yang sedang dijalankan oleh Humas Untar agar bisa memposisikan keberadaan universitas swasta terbesar sejak tahun 1959 ini di benak masyarakat sebagai salah satu universitas yang baik.


Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Kepala Bidang Eksternal Humas Untar, 
Bapak Yugih Setyanto

Pada tanggal 17 September 2015, Kepala Bidang Eksternal Humas Untar Yugih Setyanto memberikan kuliah Kapita Selekta seputar aktivitas humas Universitas Tarumanagara dalam membangun hubungan baik dengan publik eksternalnya. Humas Untar telah menjalankan government relations dengan cukup baik melalui berbagai kegiatan, seperti Dikti dan Diknas. Hanya hubungan dengan media masih belum terjalin dengan baik. Sementara itu, hubungan Untar dengan media hanya dijalankan secara personal karena banyak dosen Untar yang terjun langsung di media sehingga sifatnya tidak terstruktur dan terorganisir dengan baik, akibatnya tidak muncul publikasi secara maksimal. Maka dari itu, humas mulai membangun hubungan baik dengan media yang lebih dikenal dengan istilah media relations.


Berbagai kegiatan dilakukan oleh Humas Untar untuk membangun media relations tujuannya adalah agar Untar terpublikasi secara positif. Banyak sudut pandang yang bisa dijadikan sebagai publikasi yang positif mengenai Untar. Aktivitas yang pernah dilakukan adalah:

1. Media Visit

Dengan media visit, Humas Untar beserta Rektor dan Wakil Rektor melakukan kunjungan ke kantor redaksi media. Tiga media yang pernah dikunjungi yaitu kantor Harian Media Indonesia, Harian Kompas, dan Kompas TV. Ada banyak pertimbangan dalam melakukan media visit, seperti memilih media apa yang akan dikunjungi. Pemilihan media harus sesuai dengan segmentasi khalayak yang dituju oleh organisasi.

2. Press Release

Humas menulis artikel seputar kegiatan di Untar kemudian dikirimkan ke media dengan harapan dimuat. Tujuan paling mendasar adalah supaya media tahu bahwa Untar juga mempunyai humas, karena di bawa press release akan selalu dicantumkan identitas penulis dan nama organisasi. Dalam press release, humas juga harus mampu membuat artikel yang memiliki unsur nilai berita (news value) sehingga media tertarik untuk mempublikasinya.

3. Press Conference

Humas mengundang media untuk meliput suatu kegiatan atau acara. Press conference yang pernah dilakukan oleh Untar adalah saat perayaan ulang tahun Universitas Tarumanagara yang ke-55 pada tahun 2014 lalu. Tujuannya adalah terciptanya publikasi yang positif mengenai setiap kegiatan Untar.

4. Media Gathering

Media gathering adalah upaya seorang PR untuk mengundang wartawan tapi tidak untuk meliput, melainkan untuk menjalin hubungan baik secara informal misalnya melalui makan siang bersama, outbond, rekreasi bersama wartawan dan keluarganya, ngobrol untuk bertukar pikiran, dan lain-lain. Melalui media gathering, humas bisa melakukan pendekatan diri dengan wartawan secara lebih personal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membuat rangkaian acara media gathering ini, karena disini, bukan sekedar bersenang-senang, tapi humas harus membawa rekan media untuk merasakan pengalaman baru yang memiliki korelasi dengan tujuan yang diharapkan dari diadakannya rangkaian acara ini, yaitu publikasi.

5. Strategi lain adalah: Untar mempunyai segudang pakar dan ahli di bidangnya, yaitu pakar transportasi, pakar teknik mesin, pakar psikologi, pakar komunikasi politik, pakar teknik sipil, pakar ekonomi, pakar kesehatan, pakar hukum, pakar IT, dan lain-lain. Hal itu bisa dijadikan sebagai sarana dalam mempublikasikan Untar. Mengapa demikian? Karena pada umumnya media memuat berita, sedangkan berita membutuhkan narasumber. Maka dari itu, para pakar dari Untar bisa dijadikan narasumber bagi media dengan membawa nama Untar dalam pemuatan beritanya. Artinya, media telah mempromosikan Untar secara tidak langsung.

Kesimpulannya, kegiatan Public Relations secara tidak langsung juga memberikan dampak kepada bagian marketing suatu organisasi. Dengan membina hubungan baik dengan publik eksternalnya, itu berarti Public Relations memberikan sumbangsih untuk marketing. Apabila marketing menjual produk dan jasa, maka humas menjual dengan membangun image organisasi agar baik di mata publik.

Monday, 14 September 2015

Perubahan adalah Peluang

Seperti apakah masa depan media komunikasi?

Pernahkah hal itu terpikirkan oleh Anda? Pernahkah Anda mencoba berangan-angan tentang itu? Apabila Anda baru mendengar pertanyaan itu, apa yang terpikirkan dalam benak Anda saat ini? Mungkinkah kita dapat melakukan komunikasi tanpa menggunakan satelit? Ataukah kita bisa memiliki perangkat mobile super canggih yang memiliki memori penyimpanan data yang hampir tanpa batas? Kecepatannya seratus kali teknologi 3G sekarang ini? Perangkat yang serba 3D? Semua itu bisa saja terjadi. Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat seperti sekarang ini diperkirakan akan terus berlanjut, banyak sekali prediksi dan bagaimana  teknologi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
 

Widyatmoko Kukuh Sanyoto, seorang wartawan senior yang juga merupakan ahli penerjemah bahasa Spanyol mengajak para mahasiswa/i dalam pertemuan ketiga mata kuliah Kapita Selekta kelas D untuk memikirkan hal itu. Beliau sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik selama 37 tahun sejak tahun 1978, dan pernah menjadi wartawan di media cetak, radio, dan juga televisi, antara lain : The Jakarta Post, RRI, RCTI, CNN Spanyol,  Radio Nederland, BBC, dan lain-lain. Tokoh ini juga pernah terlibat dalam organisasi, salah satunya adalah beliau merupakan pendiri Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI) yang dulu aktif  membuat UU Penyiaran, UU Pers, dan UU Kemerdekaan Informasi Publik (KIP). Selain itu, beliau juga menulis buku-buku dalam bahasa Spanyol.


Setelah 10 menit awal perkenalan diri, beliau masuk ke dalam topik pembahasan mengenai “Media Communication Today and Tomorrow”. Kita sebagai manusia tidak bisa tahu apa yang akan terjadi hari esok. Masa depan merupakan masa yang tidak pernah kita ketahui dan sulit bagi kita untuk membayangkan apa yang akan terjadi nantinya. Nobody knows. Manusia hanya bisa membuat berbagai asumsi, tapi tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi di masa depan. Walaupun tidak bisa melihat masa depan, manusia selalu membuat rencana mengenai apa yang akan dilakukannya di waktu berikutnya. Simak ilustrasi cerita berikut ini!

Ada sebuah pesawat terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur membawa 260 orang penumpang. Setiap orang dalam pesawat itu tentu mempunyai rencana apa yang akan dilakukan ketika sudah bertemu sanak saudara atau teman-teman mereka. Begitu dengan mereka yang menunggu kedatangan pesawat di bandara Kuala Lumpur. Tapi saat pesawat terbang di atas Ukraina, ada orang di darat yang juga mempunyai rencana ingin menembak pesawat tersebut. Lalu diambillah keputusan untuk menembakkan rudal itu sehingga pesawat meledak dan seluruh penumpang tewas. Itu artinya, habislah semua rencana orang-orang itu. Ratusan rencana itu bisa lenyap hanya karena satu orang, dan membuat perubahan yang luar biasa. Makna yang ingin disampaikan melalui cerita tragis ini adalah “Masa depan bisa berubah hanya karena ulah satu orang, dan orang itu bisa siapa saja. Siapapun tidak peduli warna kulit, bangsa, ras, pendidikan, agama, kepercayaan, ideologi, maupun masa lalu seseorang. Siapapun bisa membuat perubahan yang berdampak kepada dunia termasuk Anda!

Media komunikasi sekarang sudah memasuki generasi keempat (4G) dan akan terus mengalami perkembangan pesat. Dimulai dari jaman telepon kabel pada tahun 1970-an hingga komputer baru masuk ke Indonesia pada tahun 1985, kemudian muncul telepon mobil, pager, telepon seluler Motorola flip yang berukuran sebesar batu bata, sampai adanya telepon jam tangan merek Mito buatan China. Hal itu terjadi dalam beberapa kurun waktu hingga tahun 1990-an. Semua itu merupakan bentuk evolusi teknologi informasi yang semakin canggih. Evolusi atau perubahan itu harus kita hadapi, karena perubahan meningkatkan peluang. Untuk mendapatkan peluang, manusia harus mau berubah. Perubahan adalah suatu keniscayaan yang pasti terjadi. Tidak ada segala sesuatu yg tetap. Nothing is constant but changes. Tapi banyak orang yang berada dalam zona nyaman (comfort zone) cenderung menolak perubahan.

Perubahan memberi peluang! Tapi kita juga harus mampu melihat dan memanfaatkan peluang tersebut. Bagaimanakah caranya? Let’s be creative! Kita harus melihat sesuatu yang out of the box, dengan kata lain melihat hal yang tidak wajar sebagai peluang. Gila is good!

Jadi, komunikasi adalah evolusi manusia, tanpa komunikasi maka manusia tidak akan ada di dunia ini. Setiap manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain. Karena itu, evolusi teknologi IT akan menunjukkan evolusi manusia itu sendiri. Contoh perubahan IT yang menyebabkan perubahan pada manusia adalah sebagai berikut: Pada jaman dulu, manusia diajarkan bahwa kita tumbuh dalam satu dunia antara wilayah publik dan private dan kita diajarkan untuk memisahkan mana hal yang publik dan mana yang private. Tetapi, seiring berjalannya waktu, kecanggihan teknologi membuat perbedaan publik dan private semakin tidak jelas. Kasus nyata adalah dengan media sosial. Semua pengguna Twitter, Facebook, Path dapat dengan bebas menuliskan hal-hal yang bersifat private hingga diketahui oleh publik, misalnya mengumbar perasaan sedih dan galau ke status media sosial. Padahal hal itu bukanlah konsumsi publik. Maka, kemungkinan dampaknya adalah garis yang memisahkan wilayah publik dan private akan hilang di masa depan.

Selain itu, kemajuan teknologi komunikasi memudahkan akses komunikasi dan tidak membutuhkan biaya yang besar, bahkan bisa dikatakan zero cost sehingga semua orang bisa berkomunikasi dengan sangat mudah tanpa peduli jarak antar benua. Contohnya : Kita bisa melakukan video call melalui Skype dengan teman yang berada di luar negeri dengan mudah. Ini merupakan salah satu fenomena akan terjadinya dekonstruksi komunikasi. Perkembangan teknologi dapat mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat. Kebanyakan orang yang aktif menggunakan alat komunikasi akan cenderung masuk ke dalam dunianya sendiri, walaupun dirinya tengah berada di area publik.

Berikut adalah perbedaan media komunikasi jaman dulu dengan masa depan :

COMMUNICATIONS MEDIA
SOCIAL MEDIA
Space defined by Media Owner
Space defined by Consumer
Brand in control
Consumer in control
One way / Delivering a message
Two way / Being a part of a conversation
Repeating the message
Adapting the message/ beta
Focused on the brand
Focused on the consumer / Adding value
Entertaining
Influencing, involving
Company created content
User created content / Co-creation

Perbedaan utamanya :
  • Media masa lalu : Yang menentukan medianya, isinya, brandingnya, agendanya adalah pemilik media dan redaksi. Kumpulan beberapa wartawan menentukan otoritas untuk menentukan berita apa yang layak dan tidak layak disampaikan kepada publik. Apakah yang patut atau tidak.
  • Media yang akan datang (media sosial) : Yang menentukan semua itu adalah penggunanya sendiri (user).
Kesimpulan dari keseluruhan pembahasan diatas adalah:

1.            Kita sudah tahu bagaimana dunia komunikasi kita selama ini sampai sekarang, tetapi kemajuan teknologi akan membuat perubahan yang luar biasa. Perubahannya adalah :
a.    Akses komunikasi semakin murah, hampir zero cost.
b.    Akses komunikasi semakin terbuka menjangkau hampir global. Orang di ujung dunia pun bisa berkomunikasi dengan mudah.
c.    Teknologi IT bisa mengubah hal yang real dalam hidup nyata menjadi virtual di dunia maya.
2.            Semua teknologi itu akan mengubah bagaimana kita hidup dalam masyarakat, bisa positif maupun negatif.
3.            Peluang hanya muncul apabila terjadi perubahan.
4.            Tidak semua orang mempunyai kecakapan dan smart untuk melihat peluang itu, tapi ada diantara kita yang punya itu! Karena masa depan ditentukan oleh siapapun. Anda bisa mengubah masa depan dunia, siapapun Anda!

Sebelum mengakhiri pertemuan pada hari itu, Bapak Kukuh Sanyoto memberikan quotes ini, “To change Map is easier than to map Change” yaitu “mengubah peta lebih mudah daripada memetakan perubahan”, artinya bagaimana Anda akan membuat perubahan? Design perubahan seperti apakah yang akan Anda bangun? Ke arah mana kita akan membuat perubahan itu?

Monday, 7 September 2015

Konvergensi Media


Apa yang terpikirkan oleh Anda ketika mendengar kata “konvergensi media”? Digital media? Internet? Media baru? Ataukah teknologi? Tidak salah jika hal-hal itu yang terlintas dalam benak Anda. Semua istilah tersebut memang memiliki keterkaitan yang kuat dengan konvergensi media, dimana merupakan suatu keadaan yang sedang kita hadapi sebagai masyarakat di era global. Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak perlahan-lahan mulai beralih ke dunia digital. Masa peralihan ini merupakan fenomena konvergensi media, yaitu penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Penggabungan beberapa medium yang didukung dengan adanya internet, itulah yang memunculkan media online.

Reporter MNC Bapak Asep Saefulloh

Pada tanggal 3 September 2015, reporter MNC Bapak Asep Saefulloh berbagi cerita seputar pengalamannya di media. Menurutnya, bagi para jurnalis tua, perkembangan teknologi konvergensi ini menjadi sebuah tuntutan agar mereka perlu memperlajari untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih. Berbeda dengan generasi muda yang memang sudah terlahir di era yang maju ini. Ketika konvergensi itu berkembang, teknologi pun berkembang sehingga segala sesuatu hal dapat dilakukan sendiri. Contohnya, jurnalis di era media konvensional saat bertugas biasanya menerjunkan 1 tim yang berjumlah 15 orang (terdiri dari reporter, writer, camera person yang mengambil gambar, tim SNG yang menangani urusan teknis, dan lain-lain). Tapi jurnalis sekarang harus bisa melakukan segalanya sendiri, mulai dari membawa kamera, tablet, audio, memasang tripod, wawancara, melaporkan berita, hingga mengedit video sendiri.

Perkembangan teknologi menyebabkan tantangan semakin besar. Pertama, para jurnalis harus semakin bisa menguasai semua alat, tools, dan software. Kedua, tantangan lainnya adalah feedback dari pembaca atau pemirsa semakin cepat, dalam arti lain pembaca semakin interaktif dalam memberikan komentar/tanggapan terhadap pemberitaan yang dipublikasikan melalui media online dan media sosial. Ini menjadi tantangan bagi media untuk membuat kualitas berita yang lebih bagus. Ketiga, media harus melakukan transformasi ke media digital, karena media konvensional sudah semakin ditinggalkan. Tidak hanya itu, media juga mengandalkan aplikasi di smartphone. Contohnya : Republika dan Tempo memindahkan koran cetak ke internet, tapi fase berikutnya muncullah bentuk mobile. Tapi ada kekurangannya, teks berita akan dipotong menjadi lebih singkat agar mudah dibaca melalui smartphone, sehingga informasi yang disajikan tidak selengkap yang ada di koran.

Pada masa pemerintahan Soeharto, media sangat dikontrol. Menteri Penerangan Harmoko saat itu membuat peraturan yang sangat ketat untuk media sehingga konten media isinya sama. Yang membedakan hanya format dan variasi penulisan berita. Setelah reformasi tahun 1998 bergulir, Gusdur menggantikan jabatan Soeharto sebagai presiden RI membubarkan departemen penerangan, sehingga pers menjadi bebas, kemudian muncul UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Ketika pers bebas, apa yang terjadi? Sejak itu, industri media mulai berkembang. Jumlah yang sebelumnya sangat sedikit, kini media cetak dan media elektronik semakin merajalela. Bahkan celakanya, sekarang muncul media-media baru yang menyebabkan oligopoli, yang artinya perusahaan-perusahaan besar dikuasai oleh politisi atau orang yang mempunyai kepentingan politik. Keuntungan sepihak bagi para pemilik media adalah mereka dapat meredam isu negatif tentang dirinya melalui media yang dimilikinya, dan hanya mempublikasi berita-berita positif guna meningkatkan citra tokoh politik tersebut di mata publik. Kepemilikan media menyebabkan industri media menjadi tidak independen.
  • Surya Paloh              : Metro TV, Media Indonesia, Lampung post, metrotvnews.com
  • Aburizal Bakrie         : TV One, Viva News
  • Hary Tanoesoedibjo : RCTI, MNC TV, Global TV


    Tidak hanya media cetak dan elektronik, bahkan media sosial mulai merambah ke kehidupan sosial masyarakat. Pada sekitar tahun 1994, muncul Friendster sebagai awal aplikasi media sosial yang digunakan. Kemudian seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia saat ini seakan terhipnotis oleh adanya Facebook, Twitter, Path, Instagram, Periscope, dan sebagainya. Penggunaan media sosial kian meningkat di kalangan generasi muda. Media sosial juga mempengaruhi dunia jurnalistik. Untuk memberikan ruang yang lebih luas, beberapa media menerapkan citizen journalism, yaitu kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita. Contohnya : Metro TV membuka newsroom melalui Twitter dan Facebook Metro TV agar masyarakat bisa mengomentari dan memberikan masukan berita seperti apa yang ingin diangkat.

    Sebenarnya ketika teknologi berkembang pesat, jurnalisme sangat diuntungkan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang menggantikan peran manusia, tenaga kerja yang dipakai semakin sedikit, tapi produk dapat dihasilkan dengan cepat. Selain itu, media menjadi multi-platform sehingga orang bisa menjual e-paper, e-book, e-magazine dan bisa memasang iklan secara online tanpa batas.

    Dengan adanya teknologi konvergensi, media juga semakin spesifik, misalnya terbit majalah khusus teknologi, gaya hidup, otomotif, bisnis, properti, wisata, energi, hukum, dan kesehatan. Pengusaha mencari isu yang paling spesifik agar dapat kontennya lebih terfokus, cara jual menjadi lebih mudah sesuai dengan target sasaran. Contohnya : Tabloid Nova untuk pembaca wanita.

    Kesimpulannya, untuk mengimbangi terjadinya konvergensi media ini, maka para jurnalis harus memiliki akun media sosial atau blog agar bisa mengikuti perkembangan arus informasi yang begitu cepat. Media lama juga harus mulai berinovasi ke dalam bentuk media baru agar tidak hilang dari peredaran. 
     

    Template by Suck My Lolly - Background Image by TotallySevere.com